Rabu, 08 Agustus 2012

cerita inspiratif

KISAH INSPIRATIF ISLAMI :
Perjalanan panjang &
kesungguhan seorang
ikhwan salafy untuk
mendatangi majelis ilmu
syar’ie | “Ilmu tidak akan
diperoleh dengan tubuh
yang dimanjakan (dengan
santai/tidak bersungguh-
sungguh).” (Diriwayatkan
oleh Ibnu ‘Abdil Barr dalam
Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa
Fadhlihi I/385, no. 554)
Posted 15 January, 2012 by dr.Abu
Hana | ﻮﺑﺃ ﺀﺎـﻨـﻫ ﻥﺍﺩﺮﻔﻟﺃ | in Dokter
Muslim ( ﺐﻴﺒﻃ ﻢﻠﺴﻤﻟﺍ ). Tagged:
kesungguhan menuntut ilmu, kisah
ikhwan, kisah islami, kisah isnpiratif,
perjalanan menuntut ilmu. 11
Comments
2 Votes
Kisah Nyata di Suatu
Dauroh (Perjalanan
Seorang Penuntut Ilmu
yang Perlu Diteladani)
Penulis : Hamba Alloh
Bismillaahirrohmaanirrohiim……..
Cerita ini saya (penulis) tulis adalah
untuk memberikan ibroh kepada
kita semua khususnya saya
sendiri bahwa penderitaan dan
kesusahahpayahan kita dalam
menempuh jalan yang haq ini
tidaklah seberapa, bahkan jika
kita bandingkan dengan para
salafushalih.
Cerita yang saya ambil ini adalah
kisah manusia di masa ini, dimana
sangat langka dan sulit ditemui
orang-orang yang memiliki ghiroh
yang sama sepertinya dalam
tholabul ‘ilm. Saya menuliskan
cerita ini adalah berdasarkan sebuah
kisah nyata, dimana kisah tersebut
saya dengar sendiri oleh salah satu
sumber (akhowat) terpercaya yang
mengetahui kisah tersebut…
wallahua’lam. Semoga kisah ini
dapat memotivasi dan
menginspirasi kita untuk lebih
dapat bersemangat dalam menuntut
ilmu syar’ie…
Baarokallohufiikum……
Di suatu daerah terpencil, terdapat
sepasang suami istri yang sangat
zuhud….mereka belum dikaruniai
seorang putra karena masih
dikategorikan pengantin yang masih
baru. Perlu diketahui sang suami
adalah seorang yang sangat rajin
menuntut ilmu, ia adalah seseorang
yang memiliki semangat yang sangat
luar biasa untuk memperoleh ilmu.
Bahkan dahulu ketika ia ingin
menikah, ia tidak mempunyai
sepeser uang yang cukup untuk
meminang seorang akhowat, dan
akhirnya ia menghadap kepada
salah seorang ustadz di ma’had yang
saat itu ia belajar di sana hanya
untuk meminta nasihat bagaimana ia
dapat menikah. Ia sangat sadar
bahwa dirinya tak tampan, dan
tidak mapan dalam pekerjaan
karena hampir masa mudanya
dihabiskan di ma’had. Sang ustadz
pun menghargai tekadnya dan pada
akhirnya membiayai pernikahan
lelaki tersebut.
Sang suami di masa mudanya adalah
salah seorang murid yang diakui
kepandaiannya di ma’hadnya.
Beberapa rekan dan ustadz
memujinya dalam hal keilmuannya.
Suatu hari sang suami berniat ingin
mendatangi suatu dauroh di luar
kota. Karena ia belum memiliki
pekerjaan yang tetap (masih
serabutan-red-) maka ia dan istrinya
memikirkan bagaimana caranya
agar sang suami dapat pergi untuk
mendatangi dauroh tersebut walau
ekonomi mereka sangat pas-pasan.
Jarak yang harus ditempuh
sangatlah jauh, sehingga
membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Sedangkan penghasilan
mereka untuk makan sehari-hari
saja masih belum cukup. Sang suami
bukanlah seorang yang malas dalam
mencari nafkah, namun
qadarallah….Allah telah
menetapkan rezekinya hanya
sedemikian. Walau demikian ia
tetap bersemangat dalam menjalani
hidupnya.
Suatu hari istrinya yang
walhamdulillah sangat qona’ah dan
juga zuhud, berinisiatif
membongkar tabungan yang
beberapa bulan ia kumpulkan di
kotak penyimpanannya.
Qaddarallah…..uang yang
terkumpul hanya Rp 10.000,-.
Bayangkan wahai pembaca,,,,bahkan
mata ini ingin menangis ketika saya
mengetik kisah ini….Dalam sehari
kita bisa memegang uang puluhan
ribu, ratusan ribu, bahkan mungkin
hingga ada yang mencapai nominal
jutaan…Dengan keistiqomahan dan
kezuhudan sang istri tidak pernah
mengeluh untuk mengumpulkan 100
perak (Rp 100,-) setiap keuntungan
yang diperoleh suaminya yang tidak
setiap hari ia dapatkan…..
Sang istri segera mengumpulkan
uang tersebut dan berinisiatif untuk
membuatkan bekal arem-arem
(bahasa jawa), yaitu sejenis nasi
kepal yang dibungkus daun pisang
untuk bekal perjalanan suaminya.
Hanya itu yang dapat sang istri
berikan kepada suaminya sebagai
wujud cinta dan kasih sayangnya….
Sang suami pun kemudian
berangkat dengan membawa bekal
dan do’a dari istrinya untuk
menuntut ilmu….Ia pergi dengan
berjalan kaki…..yah!! hanya berjalan
kaki untuk menepuh jarak puluhan
kilometer!!! (wallahua’lam) Karena
ia tak membawa uang sepeserpun
untuk bepergian…hanya beberapa
buah arem-arem dan pakaian yang
melekat di badannya yang ia bawa
ke luar kota… Subhanallooh…..
Perjalanan ia tempuh 3 hari 3 malam
dengan kedua kakinya tanpa
kendaraan satupun….Akhirnya ia
pun sampai di tempat dauroh
dilaksanakan, hanya dengan
berjalan kaki dan berteduh di
tempat seadanya selama
perjalanan…..
Dauroh akhirnya dimulai…selama
dauroh ia sangat antusias untuk
mengambil ilmu yang diterimanya,
ia mengambil shaf paling depan dan
dekat dengan ustadz pemateri.
Namun beberapa saat kemudian ia
mendapat teguran oleh seseorang di
sampingnya karena setiap beberapa
menit ia selalu meluruskan kakinya
ketika materi berlangsung…hal itu
tidak ia lakukan sekali-dua
kali….namun hingga beberapa kali…
hingga akhirnya orang
disampingnya pun menegurnya
karena menganggapnya tidak
sopan….Hal itu ia lakukan karena
kakinya terasa pegal selama 3 hari 3
malam berjalan kaki….Masyaa
Alloh..
Saat istirahat pun tiba…ia
berkumpul dengan ikhwan-ikhwan
lain di dapur untuk membantu
berbenah….ia pun akhirnya
menceritakan kisah 3 hari 3
malamnya itu kepada salah seorang
ikhwan di tempat tersebut..dan
seketika membuat tercengang
orang-orang yang
mendengarnya…..Akhirnya cerita itu
sampai ke telinga ustadz pemateri
dauroh…Ustadz pun tercengang
dengan kisah itu….dan akhirnya
ustadz beserta ikhwan-ikhwan
mengumpulkan dana sukarela
untuk memberikan sumbangan
kepadanya…dan terkumpulah uamg
Rp 300.000,- sebagai dana bantuan
untuk kepulangannya….
Subhanalloh…sebuah kisah yang
mungkin sempat kita ragukan
kebenarannya, tapi Insya Alloh ini
kisah nyata…..Semoga kita dapat
mengambil ibroh dari kisah
ini….terakhir mari kita simak hadist
berikut ini….
“Barang siapa menempuh jalan
untuk menuntut ilmu agama,
pasti Allah membuat mudah
baginya jalan menuju
surga” (HR Muslim)
Yahya bin Abi Katsir rahimahullahu
ta’ala berkata, “Ilmu tidak akan
diperoleh dengan tubuh yang
dimanjakan (dengan santai/
tidak bersungguh-
sungguh).” (Diriwayatkan oleh
Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jaami’
Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi I/385, no.
554)
Semoga cerita ini dapat menjadi
pelajaran yang berharga bagi kita
semua terkhususnya saya sebagai
penulis…..Wallahua’lam
bishowab….
Nb: Jika ada kekurangan penulisan
maupun kekurangtepatan alur cerita
dalam kisah ini…semua kesalahan
dari penulis semata dan mohon
untuk dimaklumi karena
keterbatasan ingatan dan lain
sebagaianya…karena kebenaran
semuanya dari Alloh azza wa jalla
semata..
Baarokallohufiikum
(Menuntut Ilmu Dien (Syar’ie)’s
blog)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar