Senin, 13 Agustus 2012

BISMILLAHIRROHMANIRRAKHIM

Artikel Quran :
Tafsir Surat AL-ANFAL:24-26
(Takutlah Azab Yang Tidak Hanya
Menimpa Orang-Orang Zhalim)
Selasa, 25 Januari 05
Allah Ta’ala berfirman,
ﺎَﻬُّﻳَﺃﺎَﻳ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺍﻮُﻨَﻣﺍَﺀ ﺍﻮُﺒﻴِﺠَﺘْﺳﺍ ِﻪﻠﻟ ِﻝﻮُﺳَّﺮﻠِﻟَﻭ
ﺍَﺫِﺇ ْﻢُﻛﺎَﻋَﺩ ﺎَﻤِﻟ ْﻢُﻜﻴِﻴْﺤُﻳ ﺍﻮُﻤَﻠْﻋﺍَﻭ َّﻥَﺃ َﻪﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﺤَﻳ
َﻦْﻴَﺑ ِﺀْﺮَﻤْﻟﺍ ِﻪِﺒْﻠَﻗَﻭ ُﻪَّﻧَﺃَﻭ ِﻪْﻴَﻟِﺇ {24َﻥﻭُﺮَﺸْﺤُﺗ}
ﺍﻮُﻘَّﺗﺍَﻭ ًﺔَﻨْﺘِﻓ َّﻦَﺒﻴِﺼُﺗَﻻ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺍﻮُﻤَﻠَﻇ ْﻢُﻜﻨِﻣ
ًﺔَّﺻﺂَﺧ ﺍﻮُﻤَﻠْﻋﺍَﻭ َّﻥَﺃ َﻪﻠﻟﺍ ُﺪﻳِﺪَﺷ {25ِﺏﺎَﻘِﻌْﻟﺍ}
ﺍﻭُﺮُﻛْﺫﺍَﻭ ْﺫِﺇ ْﻢُﺘﻧَﺃ ُُﻞﻴِﻠَﻗ َﻥﻮُﻔَﻌْﻀَﺘْﺴُﻣ ﻲِﻓ
ِﺽْﺭَﻷْﺍ َﻥﻮُﻓﺎَﺨَﺗ ﻥَﺃ ُﻢُﻜَﻔَّﻄَﺨَﺘَﻳ ُﺱﺎَّﻨﻟﺍ ْﻢُﻛﺍَﻭﺎَﺌَﻓ
ْﻢُﻛَﺪَّﻳَﺃَﻭ ِﻩِﺮْﺼَﻨِﺑ ﻢُﻜَﻗَﺯَﺭَﻭ َﻦِّﻣ ِﺕﺎَﺒِّﻴَّﻄﻟﺍ ْﻢُﻜَّﻠَﻌَﻟ
َﻥﻭُﺮُﻜْﺸَﺗ {26}
“Hai orang-orang beriman,
penuhilah seruan Allah dan seruan
Rasul apabila Rasul menyeru kamu
kepada suatu yang memberi
kehidupan kepada kamu, dan
ketahuilah bahwa sesungguhnya
Allah membatasi antara manusia
dan hatinya, dan sesungguhnya
kepada-Nyalah kamu akan
dikumpulkan,[24]. Dan peliharalah
dirimu dari pada siksaan yang tidak
khusus menimpa orang-orang yang
zhalim saja diantara kamu. Dan
ketahuilah bahwa Allah amat keras
siksaan-Nya,[25]. Dan ingatlah (hai
para muhajirin), ketika kamu masih
berjumlah sedikit, lagi tertindas di
bumi (Mekah), kamu takut orang-
orang (Mekah) akan menculik
kamu, maka Allah memberi kamu
tempat menetap (Medinah) dan
dijadikan-Nya kamu kuat dengan
pertolonganNya dan diberi-Nya
kamu rezki dari yang baik-baik agar
kamu bersyukur.[26]”
Makna Global Ayat
Ini adalah panggilan kemuliaan ilahi
ke-tiga (panggilan pertama pada ayat
15, panggilan ke-dua pada ayat 20)
kepada kaum Mukmin. Pada
kesempatan ini, Rabb Ta’ala berkenan
memanggil mereka dengan panggilan-
Nya untuk memuliakan mereka
dengan perintah atau larangan-Nya
kepada mereka. Hal ini, sebagai
bentuk pendidikan sekaligus
persiapan bagi kebahagiaan dan
kemuliaan mereka di dunia dan
akhirat.
Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-
orang beriman, penuhilah seruan
Allah dan seruan Rasul apabila Rasul
menyeru kamu kepada suatu yang
memberi kehidupan kepada kamu”
; ini semakna dengan panggilan
pertama (pada ayat 20), “Ta’atlah
kamu kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Sedangkan firman-Nya, “Kepada
suatu yang memberi kehidupan
kepada kamu” ; memberikan kesan
bahwa perintah-perintah Allah Ta’ala
dan Rasul-Nya adalah sama seperti
larangan-larangan-Nya, tidak luput
dari suatu yang memberi kehidupan
kepada kaum Mukminin* atau
menambah kehidupan mereka atau
menjaganya untuk mereka. Oleh
karena itu, Allah dan Rasul-Nya wajib
dita’ati semaksimal mungkin dalam
berbuat ta’at kepada keduanya.
Firman-Nya, “Dan ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah membatasi
antara manusia dan hatinya” ;
adalah peringatan besar kepada kaum
Mukminin bahwa bilamana mereka
diberi kesempatan untuk berbuat baik,
maka hendaknya menggunakannya
sebelum kesempatan itu luput,
apalagi bila ia merupakan dakwah
dari Allah dan Rasul-Nya, sebab Allah
Maha Mampu untuk membatasi
antara manusia dan apa yang
diinginkannya, antara seseorang dan
hatinya** dengan membolak-balikkan
hati dan mengarahkannya ke arah
yang lain sehingga ia tidak menyukai
kebaikan dan suka kepada keburukan.
Dan firman-Nya, “Dan sesungguhnya
kepada-Nyalah kamu akan
dikumpulkan” ; artinya, orang yang
mengetahui bahwa ia akan
dikumpulkan kepada Allah, siapa pun
ia, bagaimana mungkin akalnya bisa
berpaling setelah mendengar seruan-
Nya yang memerintahkan sesuatu
atau larangannya terhadap sesuatu.?
Dan firman-Nya, “Dan peliharalah
dirimu dari pada siksaan yang tidak
khusus menimpa orang-orang yang
zhalim saja diantara kamu” ***;
merupakan peringatan lain yang
begitu serius kepada kaum Mukminin
agar jangan sekali-kali meninggalkan
keta’atan kepada Allah dan Rasul-Nya,
meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi
Munkar yang mengakibatkan
kejahatan semakin menyebar dan
kerusakan merajalela, lalu karenanya
Allah timpakan bencana yang merata;
menimpa orang-orang yang shalih
dan Thalih (kebalikan orang shalih),
orang yang berbuat kebajikan dan
orang yang bejad (fajir),****orang
yang zhalim dan orang yang berlaku
adil.
Firman-Nya, “Dan ketahuilah bahwa
Allah amat keras siksaan-Nya” ; ini
memperkuat peringatan sebelumnya
bahwa Allah Ta’ala bila menimpakan
azab karena perbuatan dosa dan
maksiat, maka azabnya amat pedih
dan keras, tidak mampu jiwa
menanggungnya. Karena itu,
hendaklah kaum Mukminin berhati-
hati terhadap hal itu dengan
senantiasa melakukan keta’atan
kepada Allah dan Rasul-Nya.
Firman-Nya, “Dan ingatlah (hai para
muhajirin), ketika kamu masih
berjumlah sedikit, lagi tertindas di
bumi (Mekah), kamu takut orang-
orang (Mekah) akan menculik
kamu, maka Allah memberi kamu
tempat menetap (Medinah) dan
dijadikan-Nya kamu kuat dengan
pertolongan-Nya dan diberi-Nya
kamu rezki dari yang baik-baik agar
kamu bersyukur” ; ini adalah
wejangan Rabbani bagi orang-orang
Mukmin yang berinteraksi dengan
dakwah Islamiyyah di hari-hari
pertamanya (pertama munculnya
dakwah Islamiyyah). Rabb mereka
mengingatkan kondisi mereka
terdahulu yang serba kekurangan dan
lemah, yang takut diculik orang-orang
kafir karena mereka hanya minoritas
dan kaum lemah, lalu Dia menolong
mereka dengan tentara-Nya sehingga
mereka menjadi mulia setelah
sebelumnya hidup dalam kehina-
dinaan dan menjadi kaya setelah
sebelumnya melarat dan tidak
memiliki apa-apa (papa). Dia juga
menganugerahi mereka rizki dari yang
baik-baik untuk memuliakan mereka
sebagai peringatan kepada mereka
agar bersyukur sebab orang yang
hidup dalam kondisi tersebut dan
merasakannya pastilah akan
mensyukuri nikmat. Syukur adalah
memuji al-Mun’im (Pemberi nikmat),
menyanjung-Nya, berbuat ta’at
kepada-Nya, mencintai-Nya dan
menyalurkan nikmat tersebut di jalan
yang diridlai-Nya. Allah Maha
Mengetahui bahwa mereka telah
bersyukur. Semoga Allah meridlai dan
membuat mereka ridla serta
mendampingkan kita dengan mereka
dalam kondisi sabar dan bersyukur.
( Ays )
Tafsir Syaikh as-S’ady Terhadap Ayat
25
Firman-Nya, “Dan peliharalah dirimu
dari pada siksaan yang tidak khusus
menimpa orang-orang yang zhalim
saja diantara kamu” ; yakni bahkan
menimpa pelaku kezhaliman dan
orang selainnya, hal ini terjadi bila
kezhaliman sudah begitu nyata,
namun tidak dirubah sehingga
siksaan-Nya mencakup pelakunya dan
orang selainnya. Cara memelihara diri
dari fitnah (siksaan) ini adalah dengan
mencegah kemungkaran, melibas
pelaku kejahatan dan kerusakan
dengan tidak memberikan
kesempatan kepada mereka untuk
berbuat maksiat dan berbuat zhalim
sebisa mungkin.
Firman-Nya, “Dan ketahuilah bahwa
Allah amat keras siksaan-Nya” ; yakni
bagi orang yang sengaja menantang
kemarahan-Nya dan bersimpangan
dengan hal yang diridlai-Nya. ( Tys )
Petunjuk Ayat
Di antara petunjuk ayat-ayat di atas
adalah:
1. Kewajiban untuk bersegera
memenuhi panggilan Allah dan Rasul-
Nya*****dengan melakukan perintah-
Nya dan menjauhi larangan-Nya,
karena hal itu merupakan bagian dari
kehidupan seorang Muslim.
2. Wajibnya menggunakan
kesempatan untuk berbuat baik
sebelum waktunya lewat; kapan saja
seorang Mukmin mendapatkan
kesempatan itu, maka ketika itu wajib
baginya untuk memanfa’atkannya
dengan sebaik-baiknya.
3. Wajibnya beramar ma’ruf nahi
munkar untuk memelihara diri dari
fitnah-fitnah yang bersifat umum,
yang dapat membinasakan orang
yang berbuat adil dan orang yang
berlaku zhalim.
4. Wajibnya mengingat nikmat untuk
mensyukurinya dengan cara berbuat
ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya.
5. Wajibnya mensyukuri semua nikmat
dengan memuji Allah, menyanjung-
Nya, mengakui anugerah nikmat-Nya
pada dirinya serta
mengaplikasikannya dengan cara yang
sesuai dengan apa yang diridlai-Nya.
( Ays )
CATATAN:
* Dalam ayat tersebut terdapat dalil
bahwa kekufuran dan kebodohan
ibarat kematian yang bersifat maknawi
(non fisik) bagi manusia sebab
dengan keimanan dan ilmu terjadi
kehidupan dan dengan lawan
keduanya terjadi kematian.
** Lebih dari seorang periwayat
meriwayatkan dari Nabi SAW, sabda
beliau, “Allaahumma Yaa Muqallibal
Quluub, Tsabbit Qalbii ‘Ala Diinik (Ya
Allah, Wahai Yang membolak-balikkan
setiap hati, mantapkanlah hatiku di
atas dien-Mu) .” Dalam riwayat
Muslim dinyatakan, “Allaahumma
Musharrifal Quluub, Sharrif
Quluubana Ila Thaa’atik (Ya Allah,
Yang merubah setiap hati, rubahlan
setiap hati kami kepada berbuat ta’at
kepada-Mu) .”
*** Mengenai ayat ini, Ibn ‘Abbas
berkata, “Allah memerintahkan
kepada kaum Mukminin agar tidak
mendiamkan saja kemungkaran
terjadi di sekitar mereka sehingga
azab tidak menimpa secara merata
kepada mereka. Di dalam Shahih
Muslim dari Zainab binti Jahsy
bahwasanya ia bertanya kepada
Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah,
apakah kami akan dibinasakan
padahal ada orang-orang shalih di
tengah kami.?” Beliau menjawab, “Ya,
bila keburukan telah demikian
banyak.”
**** Imam Ahmad meriwayatkan dari
Ummu Salamah, dia berkata, “Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda,
‘Bila perbuatan-perbuatan maksiat
di tengah umatku telah nyata, maka
Allah akan menimpakan azab-Nya
kepada mereka secara merata.” Ia
berkata, “Lalu aku bertanya, ‘Wahai
Rasulullah, bukankah di tengah
mereka itu ada orang-orang yang
shalih.?’ Beliau menjawab, “Benar.” Ia
berkata lagi, “Bagaimana jadinya
mereka.?” Beliau bersabda, “Apa yang
menimpa orang-orang menimpa
mereka juga, kemudian nasib akhir
mereka mendapatkan ampunan dan
keridlaan dari Allah.”
***** Imam al-Bukhari meriwayatkan
dari Abu Sa’id bin al-Ma’ally, dia
berkata, “Pernah ketika aku sedang
shalat di Masjid, lalu dipanggil oleh
Rasulullah SAW namun aku tidak
menjawabnya, kemudian barulah aku
mendatanginya seraya berkata,
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku
barusan dari shalat di Masjid.” Lalu
beliau bersabda, “Bukankah Allah
Ta’ala berfirman, ‘Penuhilah pangglan
Allah dan Rasul bila ia mengajakmu
kepada hal yang dapat
menghidupkanmu.?” …selanjutnya
beliau (al-Bukhary) menyebutkan teks
haditsnya.
Para ulama berkata, “Dalam kasus ini
terdapat dalil yang menunjukkan
bahwa perbuatan yang bersifat wajib
atau ucapan yang bersifat wajib bila
dilakukan di dalam shalat, tidak
membatalkannya.”
SUMBER:
- Aysarut Tafaasiir Li Kalaamil
‘’Aliiyyil Kabiir karya Syaikh al-Jazairy
(disingkat: Ays)
- Taysiirul Kariimir Rahmaan Fii
Tafsiir Kalaamil Mannaan karya
Syaikh Nashir as-Sa’dy (disingkat: Tys)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar